Hawa panas begitu terasa ketika saya masuk ke dalam ruangan
pembakaran sate bandeng yang berada di bagian depan rumah. Bara-bara api masih
menyala, membakar sate bandeng yang telah berjajar diatas tempat pembakaran sederhana
yang terbuat dari tumpukan bata merah. Aroma sate bandeng pun tercium dari
ruangan pembakaran ini.
Ruangan pembakaran sate bandeng ini amat sederhana, terletak
di bagian depan rumah dari ibu Haji Mariyam. Hanya bagian depannya saja yang
terbuka, bagian lainnya dikelilingi tembok dengan beberapa lubang ventilasi dan
di salah satu bagiannya terhubung dengan tempat penjualan sate bandeng.
Beberapa bakul yang terbuat dari anyaman bamboo berada di tengah-tengah ruangan
dan siap menampung sate bandeng yang telah dibakar.
Untuk membakar sate bandeng, di ruang pembakaran ini
terdapat dua buah tempat pembakaran yang panjangnya mencapai 3-4 meter yang
masing-masing bisa membakar sekitar 40 sate bandeng. Kedua tempat pembakaran
ini berjajar dengan dipisahkan oleh jarak sekitar 2-3 meter mendekati tembok.
Para pemuda membakar sate bandeng dengan posisi bertolak belakang.
Di setiap tempat pembakaran sate bandeng, terdapat
setidaknya dua orang pemuda. Seorang pemuda tengah sibuk mengangkat sate
bandeng yang telah matang dan menaruhnya di bakul bamboo tadi. Pemuda lainnya
mengolesi adonan di bagian luar dari bandeng yang telah dijepit oleh bamboo
lalu menaruhnya di tempat pembakaran.
Ruang pembakaran ini memang hanya untuk membakar saja ,
sebelumnya sate bandeng yang siap dibakar diberikan oleh bagian dapur di
ruangan lain tak jauh dari ruangan pembakaran. “Kalau mau lebih tahu proses
pembuatannya dari awal bisa ke dapur mas.”ujar salah seorang pemuda di ruangan
pembakaran. Saya pun bergegas menuju ke ruangan dapur. “Silahkan mas kalau mau
ke dapur” seorang wanita paruh baya mempersilahkan saya sembari membersihkan
daun pisang yang akan digunakan alas untuk sate bandeng.
Ruangan dapur ini terletak di seberang ruangan pembakaran
dan di antara keduanya ada ruangan penjualan yang ruangannya agak menjorok ke
dalam. Rupanya d ruangan dapur, empat orang wanita dan seorang pemuda tengah
sibuk, masing-masing melakukan tugasnya sambil duduk diatas tempat duduk kecil.
Seorang wanita berambut ikal mempersiapkan adonan yang berupa
campuran daging ikan bandeng, santan kental dan bumbu bumbu. Dua orang wanita
lainnya memasukkan adonan yang telah dibuat tadi ke dalam ikan bandeng melalui
rongga mulut ikan tersebut dengan menggunakan corong plastic. Sedangkan seorang
wanita lagi menjepitkan ikan bandeng yang telah diberi adonan tadi ke dalam dua
bilah bamboo untuk selanjutnya siap di bakar. Satu-satunya pemuda yang ada di
ruangan tersebut melunakkan daging dan memisahkan duri-duri kecil dari
dagingnya.
Setelah sate bandeng siap di bakar, maka sate bandeng yang
telah di jepit tadi dibawa ke ruang pembakaran untuk selanjutnya di bakar
sampai dengan matang dan siap di santap.
Rupanya untuk membuat sate bandengan diperlukan dua kali
proses pembakaran. Proses pembakaran yang pertama untuk mematangkan isi dari
ikan bandeng ini sendiri. Lalu setelah matang, sate bandeng di angkat lalu
bagian luar satenya dilumuri oleh bumbu santan kental tadi sampai menutup
seluruh bagian dengan ketebalan sekitar 0,5 cm. Kemudian sate bandeng yang
telah diolesi bumbu di bagian luarnya kembali di bakar di ruang pembakaran.
Setelah saya puas melihat proses pembuatan sate bandeng tadi
saya beranjak ke ruangan penjualan sate bandeng yang ruangannya berada di
antara tempat pembakaran dan ruangan dapur. Disana saya membeli dua buah sate
bandeng yang masing-masing harganya Rp25,000,-. Seorang pemuda melayani dengan
ramah setiap pelanggan yang ingin membeli sate bandeng tersebut dan membungkus
dengan kotak khusus agar pelanggan mudah membawanya.
Ketika tiba di rumah saya pun mencicipi sate bandeng
tersebut, rasanya gurih dan sedikit manis.Begitu nikmat karena ditambahkan
sambal khusus apalagi durinya sudah tidak ada rasanya lebih nikmat bukan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan disini, sekecil apapun pesan anda akan memberikan kontribusi yang berarti untuk blog ini