Minggu, 2 Desember 2012 pada awalnya saya berencana
mengunjungi candi prambanan seusai pelaksanaan Ujian Japanese Language
Proficiency Test (JLPT ) di FIB UGM yang diikuti oleh istri saya. Saya sangat
antusias sekali bisa mengunjungi candi hindu termegah di Indonesia bahkan Asean
karena inilah untuk pertama kalinya saya dapat mengunjungi candi tersebut.
Namun rencana semula gagal setelah salah seorang teman lama
saya ketika bekerja di salah satu perusahaan asuransi ternama mengajak pergi ke
candi tersebut lebih awal. Sebelumnya saya telah mempertimbangkan bahwa istri
saya tidak tertarik ke candi tersebut karena sudah pernah mengunjunginya dan
hari sudah terlalu siang jika harus menunggu ujian selesai.
Sekitar pukul 10 lewat saya bersama teman dan anak saya yang
berumur 1,5 tahun meluncur dengan menggunakan sepeda motor. Setelah menelusuri
jalan gejayan dan melalui ring road utara menuju ke arah timur kea rah solo.
Mendekati lokasi candi, dari kejauhan sudah terlihat kemegahan arsitektur
bangunan candi prambanan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit maka
kami pun tiba.
Setelah memarkirkan kendaraan, kami pun berjalan melewati
pusat oleh-oleh menuju loket pembelian karcis. Petugas di loket pun bertanya
“paket dengan ratu boko atau hanya candi prambanan saja?”. Jika paket dengan
ratu boko maka harga tiketnya menjadi Rp.45,000 dan jika prambanan saja maka
harga tiketnya hanya Rp.30,000. Sempat berfikir sejenak karena memang saya
pernah mendengar tentang keindahan candi ratu boko melalui artikel yang ditulis
oleh Teguh Sudarisman. Mengingat hal tersebut maka saya mengambil paket dengan
candi ratu boko seharga Rp.45,000.
Kami pun berjalan masuk melewati pintu pemeriksaan tiket dan
di arahkan menuju perhentian shuttle bus yang akan mengantarkan kami menuju
candi ratu boko. Setelah mampir di kantor pengelola untuk mengambil beberapa
brosur berbahasa inggris, jepang, jerman dan perancis mengenai candi prambanan.
Kami pun sempat berfoto sejenak di sekitar perhentian bus setelah itu kami pun
meluncur dengan menggunakan phanter. Mobil pun berjalan menuju pintu gerbang
luar setelah menyeberangi sungai opak yang terkenal karena luncuran lahar
dingin merapi mengalir ke sungai ini.
Candi Ratu Boko Sendiri berjarak sekitar 3 km ke arah
selatan dari candi prambanan. Di perjalanan kami melewati sebuah pasar di sisi
sebuah pertigaan jalan raya jogja-klaten. Setelah itu pemukiman dan sawah yang
hijau terhampar memanjakan mata menemani perjalanan menuju candi. Panther pun
meraung-raung ketika melalui jalanan menanjak dan curam. Sekitar 15 menit
perjalanan, kami pun tiba dipelataran parkir yang cukup sejuk karena ada sebuah
pohon beringin besar melindungi pengunjung dari sengatan matahari yang
mengganas di siang hari. Kami pun diberi sebotol air mineral di loket masuk
candi ratu boko yang pastinya akan menghapus dahaga di siang yang panas ini.
Kami berjalan menanjak menuju ke gerbang candi ratu boko.Sekitar
5 menit berjalan tampak gerbang candi yang megah berdiri disana dan di sisi sebelah
kiri jalan, sebuah kolam dengan air mancur memancar membuat suasana menjadi
terasa sejuk di siang hari dengan panas menyengat ini.
Supir yang mengantarkan kami ke candi ratu boko ini
bercerita bahwa ratu boko sebenarnya adalah raja dan dialah ayah dari roro
jongrang. Adapun candi yang saat ini bernama ratu boko merupakan sebuah istana.
Sedangkan menurut sebuah prasasti abhayagiriwihara tahun 792, pada awalnya
situs ini merupakan wihara. Namun sekitar tahun 856 menurut prasasti ratu boko,
situs ini berubah menjadi kediaman seorang penguasa bernama Rakai Walang Pu
Kumbhayoni yang beragama hindu.
Candi Ratu boko sendiri terdiri dari beberapa situs yaitu
candi pembakaran, candi pandang, goa wadon, goa lanang serta paseban dan
keputren. Dari beragam peninggalan tersebut dapat disimpulkan kemegahan istana
ratu boko ketika itu yang memiliki luas sekitar 250,000 meter persegi.
Bangunan gerbang candi yang megah seakan menyambut para
pengunjung yang datang. Gerbang candi terdiri dari 2 bagian, bagian depan dan
belakang. Gerbang candi bagian depan terdiri dari 3 bangunan dengan 2 bangunan
yang lebih kecil mengapit bangunan gerbang utama. Sedangkan gerbang candi
bagian belakang terdiri dari 5 bangunan dengan 4 bangunan yang lebih kecil
mengapit bangunan utama. 4 bangunan yang mengapit bangunan gerbang utama
memiliki 2 ukuran yang berbeda yang semakin mengecil ke sisinya.
Keindahan arsitektur bangunan gerbang candi ratu boko
menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung. Tak heran banyak dari pengunjung
berfoto di depan gerbang dan sebagian yang lain asyik berteduh di bawah
bangunan. Pepohonan di sekitar situs dan rumput yang hijau memberikan kesan
sejuk walau di siang hari yang panas sekalipun.
Karena kami harus kembali ke UGM sekitar jam 2 siang maka
sekitar pukul 12 siang kami pun beranjak menuju candi prambanan meskipun saya
sendiri belum begitu puas berada disana, menikmati keindahan alam dan
arsitektur bangunan di puncak sebuah bukit dengan ketinggian 195 meter. Namun
saya pun masih menyimpan rasa penasaran saya terhadap candi prambanan yang akan
saya puaskan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan disini, sekecil apapun pesan anda akan memberikan kontribusi yang berarti untuk blog ini