Siang menjelang pukul 3 sore tanggal 1 Desember 2012,
selepas makan siang yang terlambat, saya dan keluarga pergi menuju benteng
Vredeburg. Informasi yang kami ketahui Benteng tersebut berada di ujung jalan malioboro
atau tepatnya berada di Jalan Ahmad Yani. Untuk mencapai benteng tersebut bisa
dengan jalan kaki atau becak.
Saya lebih memilih menggunakan becak karena selain tubuh
masih lelah akibat perjalanan jauh dari kota Serang, juga agar lebih menikmati suasana
wisata. Setelah tawar menawar harga dengan tukang becak di depan mall
malioboro, akhirnya disepakati Rp.10,000 dan kami pun beranjak menuju benteng
vredeburg.
Sekitar 15 menit menaiki becak, kami pun tiba di depan
benteng vredeburg. Suasana sore itu cukup ramai, mobil dan bis masih terparkir
dengan rapih di pelataran parkir. Setelah berfoto sejenak di depan benteng maka
kami pun beranjak menuju loket untuk membeli tiket masuk. Dengan tiket seharga
Rp.2,000 per orang, kami pun bisa masuk ke dalam benteng.
Benteng Vredeburg sendiri berarsitektur colonial belanda
dengan bentuk segi empat dengan ketinggian 3-5 meter. Bagian depannya ada 4
pilar yang menyangga sebuah beton
berbentuk atap dengan tulisan Vredeburg. Lalu tepat di bagian kiri depan museum
terdapat pos penjagaan yang saat ini tidak digunakan lagi. Masih di bagian
depan Benteng, terdiri dari 2 lantai yang mungkin pada masa itu fungsinya
adalah pengawasan. Di bagian dalamnya terdapat kompleks bangunan yang pada
awalnya berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda.
Gerbang Benteng ini menghadap ke arah barat dan terdapat
menara pengawas di ke empat sudutnya. Di bagian barat dan timur benteng ini
terdapat jalur patroli yang digunakan untuk penjagaan. Sedangkan di sisi luar benteng ini terdapat
parit yang sebagiannya masih dapat dilihat sampai dengan saat ini.
Benteng ini sendiri berdiri pada tahun 1765 di atas tanah
keraton dan berkat izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono I. Pada awalnya benteng
ini digunakan Belanda dengan dalih untuk menjaga keamanan keraton, namun
dibalik itu yang utama adalah untuk memudahkan dalam mengontrol perkembangan
yang ada di dalam keraton.
Setelah memasuki gerbang benteng maka kita akan disuguhi
oleh pemandangan arsitektur colonial dengan paduan taman yang cantik. Sebelum
memasuki taman tersebut kita terlebih dahulu akan disambut oleh patung Letkol
Oerip Soemoharjo dan Jenderal Soedirman.
Taman tersebut diapit oleh bangunan colonial yang saat ini berfungsi
sebagai ruang pameran museum atau diorama. Diorama-diorama di museum tersebut
berisikan peristiwa-peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan peranan
rakyat Yogyakarta pada khususnya.
Museum dengan luas kurang lebih 2100 meter persegi ini
mempunyai beberapa koleksi antara lain:
- Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya.
- Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.
- Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.
- Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya.
- Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.
- Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.
Sumber:
bentengvredeburg.blogspot.com
Sebelum memasuki bangunan yang berisi diorama tersebut,
sebuah white board bertulisan tangan Sri Sultan Hamengkubuwono X terpampang di
dinding. Isinya adalah “Semoga tempat ini dapat memberikan inspirasi bagi
generasi muda Indonesia”. Saya sendiri berfikir dari tempat ini terinspirasi
untuk menuliskannya, mempelajari sejarah bangsa dan menghormati mereka yang
telah berjasa atas merdekanya bangsa ini.
Setelah memasuki bangunan yang berisi diorama-diorama maka
saya pergi menuju bagian belakang gerbang utama yang dihalaman tersebut di apit
2 buah bangunan colonial untuk menikmati keindahan arsitektur bangunan
colonial. Beberapa orang berlalu lalang disana dan dari halaman ini kita dapat
melihat bagian belakang gerbang yang dikedua sisinya terdapat tangga menuju ke
lantai 2 gerbang utama.
Setelah hampir 1 jam saya dan keluarga berada disana maka
kami pun kembali ke penginapan di daerah sosrowijayan dengan menggunakan becak
seharga Rp.10,000.00. Beristirahat sejenak untuk melepas lelah dan melanjutkan
petualangan di kota Yogyakarta.
Pesan Sri Sultan HB X |
Salah satu sudut bagian dalam Benteng |
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan disini, sekecil apapun pesan anda akan memberikan kontribusi yang berarti untuk blog ini