Saturday, December 15, 2012

Benteng Vredeburg dan Pesan Sri Sultan Hamengkubuwono X





Siang menjelang pukul 3 sore tanggal 1 Desember 2012, selepas makan siang yang terlambat, saya dan keluarga pergi menuju benteng Vredeburg. Informasi yang kami ketahui Benteng tersebut berada di ujung jalan malioboro atau tepatnya berada di Jalan Ahmad Yani. Untuk mencapai benteng tersebut bisa dengan jalan kaki atau becak. 

Saya lebih memilih menggunakan becak karena selain tubuh masih lelah akibat perjalanan jauh dari kota Serang, juga agar lebih menikmati suasana wisata. Setelah tawar menawar harga dengan tukang becak di depan mall malioboro, akhirnya disepakati Rp.10,000 dan kami pun beranjak menuju benteng vredeburg.

Sekitar 15 menit menaiki becak, kami pun tiba di depan benteng vredeburg. Suasana sore itu cukup ramai, mobil dan bis masih terparkir dengan rapih di pelataran parkir. Setelah berfoto sejenak di depan benteng maka kami pun beranjak menuju loket untuk membeli tiket masuk. Dengan tiket seharga Rp.2,000 per orang, kami pun bisa masuk ke dalam benteng.

Benteng Vredeburg sendiri berarsitektur colonial belanda dengan bentuk segi empat dengan ketinggian 3-5 meter. Bagian depannya ada 4 pilar yang  menyangga sebuah beton berbentuk atap dengan tulisan Vredeburg. Lalu tepat di bagian kiri depan museum terdapat pos penjagaan yang saat ini tidak digunakan lagi. Masih di bagian depan Benteng, terdiri dari 2 lantai yang mungkin pada masa itu fungsinya adalah pengawasan. Di bagian dalamnya terdapat kompleks bangunan yang pada awalnya berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda.

Gerbang Benteng ini menghadap ke arah barat dan terdapat menara pengawas di ke empat sudutnya. Di bagian barat dan timur benteng ini terdapat jalur patroli yang digunakan untuk penjagaan.  Sedangkan di sisi luar benteng ini terdapat parit yang sebagiannya masih dapat dilihat sampai dengan saat ini.
Benteng ini sendiri berdiri pada tahun 1765 di atas tanah keraton dan berkat izin dari Sri Sultan Hamengkubuwono I. Pada awalnya benteng ini digunakan Belanda dengan dalih untuk menjaga keamanan keraton, namun dibalik itu yang utama adalah untuk memudahkan dalam mengontrol perkembangan yang ada di dalam keraton.

Setelah memasuki gerbang benteng maka kita akan disuguhi oleh pemandangan arsitektur colonial dengan paduan taman yang cantik. Sebelum memasuki taman tersebut kita terlebih dahulu akan disambut oleh patung Letkol Oerip Soemoharjo dan Jenderal Soedirman.  Taman tersebut diapit oleh bangunan colonial yang saat ini berfungsi sebagai ruang pameran museum atau diorama. Diorama-diorama di museum tersebut berisikan peristiwa-peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan peranan rakyat Yogyakarta pada khususnya. 

Museum dengan luas kurang lebih 2100 meter persegi ini mempunyai beberapa koleksi antara lain:
- Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya.
- Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.
- Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.
Sumber: bentengvredeburg.blogspot.com               
                                                      
Sebelum memasuki bangunan yang berisi diorama tersebut, sebuah white board bertulisan tangan Sri Sultan Hamengkubuwono X terpampang di dinding. Isinya adalah “Semoga tempat ini dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda Indonesia”. Saya sendiri berfikir dari tempat ini terinspirasi untuk menuliskannya, mempelajari sejarah bangsa dan menghormati mereka yang telah berjasa atas merdekanya bangsa ini. 

Setelah memasuki bangunan yang berisi diorama-diorama maka saya pergi menuju bagian belakang gerbang utama yang dihalaman tersebut di apit 2 buah bangunan colonial untuk menikmati keindahan arsitektur bangunan colonial. Beberapa orang berlalu lalang disana dan dari halaman ini kita dapat melihat bagian belakang gerbang yang dikedua sisinya terdapat tangga menuju ke lantai 2 gerbang utama.

Setelah hampir 1 jam saya dan keluarga berada disana maka kami pun kembali ke penginapan di daerah sosrowijayan dengan menggunakan becak seharga Rp.10,000.00. Beristirahat sejenak untuk melepas lelah dan melanjutkan petualangan di kota Yogyakarta.

Pesan Sri Sultan HB X
Salah satu sudut bagian dalam Benteng


No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan disini, sekecil apapun pesan anda akan memberikan kontribusi yang berarti untuk blog ini