Gapura Panggung di Sisi Timur Taman Sari |
Saya sudah cukup sering mendengar informasi mengenai Situs
Cagar Budaya Taman Sari di Yogyakarta. Melihat foto-fotonya dari album seorang
teman, membuat saya tertarik untuk mengunjunginya. Sehingga ketika saya memiliki
kesempatan untuk berwisata di Yogyakarta maka saya mengagendakan untuk
mengunjungi situs tersebut.
Taman Sari merupakan situs bekas taman atau kebun istana yang
dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono I yaitu pada tahun 1758-1765/9. Kebun
istana ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari beberapa bagian bangunan.
Dan yang masih tersisa sampai dengan saat ini ada dua bagian yaitu Bagian
pertama merupakan danau buatan yang disebut “segaran” serta bangunan yang ada
di tengahnya berupa pulo kenongo, pulo cemethi dan sumur gumuling. Bagian kedua
berupa Gedhong Gapura Agung, Gedhong Lopak-lopak, Umbul pasiraman atau Umbul
binangun, Gedhong Sekawan, Gedhong Gapura Panggung, dan Gedhong Temanten.
Pada awalnya saya bersama istri dan anak saya sudah keluar
dari penginapan sekitar pukul 6.30 pagi, berjalan menuju pasar beringharjo. Di
pasar tersebut seorang tukang becak menawari saya untuk berkeliling di sekitar
kraton ke tempat oleh-oleh batik, kaos dagadu dan bakpia hanya dengan tariff
Rp.5000 rupiah saja. Saya pun menerima tawarannya karena memang hari senin 3
Desember 2012 merupakan hari terakhir saya berwisata di kota Yogyakarta.
Saya pun mengutarakan niat saya kepada tukang becak tersebut
untuk mengunjungi Taman Sari, namun tukang becak tersebut menginformasikan
bahwa Taman Sari baru dibuka sekitar pukul 9 pagi. Setelah berkeliling di
sekitar keraton melewati kauman, kampung ngasem menuju jalan sidomukti
Rotowijayan dan kembali ke pasar beringharjo ternyata waktu belum menunjukkan
pukul 9 pagi. Akhirnya kami pun kembali ke penginapan sekitar pukul 8.30 pagi.
Beristirahat sejenak dan sarapan dengan nasi pecel yang dibeli di pasar
beringharjo.
Setelah beristirahat sejenak dan packing untuk meneruskan
perjalanan ke solo, maka sekitar pukul 10 kurang kami beranjak menuju taman
sari. Untuk menuju Taman Sari dari Sosrowijayan bisa langsung naik Trans Jogja
dengan tariff Rp.3000 dan turun di halte malioboro 3, dilanjutkan dengan
menaiki becak dengan tariff Rp.10,000 menuju Taman sari. Kami pun diantarkan oleh
tukang becak ke pasar burung ngasem. Pada awalnya saya sempat heran kenapa saya
diturunkan disini, bukan di gerbang utama. Tukang becak tersebut menunjukkan
bahwa Taman Sari ada di belakang bangunan itu, sambil menunjuk bangunan tinggi
yang sudah runtuh yang tersisa hanya dinding yang sudah lapuk.
Kami pun berjalan memasuki sebuah gapura yang melengkung
dengan dihiasi sebuah lampu berornamen klasik di kedua sisinya. Sebelum
memasuki gapura tersebut disisi sebelah kanan saya merupakan pasar ngasem dan setelah
memasuki gapura di sisi kiri seperti tempat beristirahat dan tepat di hadapan
gapura ada sebuah panggung yang terbuat dari batu-batu alam persegi.
Kami pun menelusuri jalan menuju bangunan tinggi tersebut
dan saya sempat terheran-heran karena melewati rumah penduduk. Setelah berbelok
ada sebuah jalan menanjak yang menjadi gerbang masuk pengunjung ke bangunan
tinggi tersebut. gerbang tersebut berbentuk persegi dengan hiasan relief
tanaman setengah lingkaran diatas gerbang. Setelah memasuki gerbang tersebut ada
2 buah plang, yang pertama mengenai Cagar Budaya Situs Pesanggrahan Taman Sari
dan yang kedua berupa Bangunan Cagar Budaya Pulau Cemeti Taman Sari. Rupanya
bangunan tinggi yang terlihat dari pasar ngasem adalah Pulau Cemeti.
Disisi bangunan masih bisa dijumpai sisa-sisa reruntuhan
bangunan pulau cemeti. Bangunan tersebut seperti tidak terawat, dindingnya
kusam dan berlumut. Atap bangunannya runtuh karena termakan usia dan menurut
sumber yang lain menyebutkan runtuh karena gempa. Ketika saya tiba ada beberapa
pasangan yang berada di sana menikmati sunyinya bangunan.
Saya berjalan menuju ke arah selatan dan melewati gerbang
yang sama seperti saya masuk ke pulau cemeti hanya bedanya ada beberapa
gerbang. Saya menuruni beberapa anak tangga dan berjalan masuk ke sebuah pintu
yang didalamnya ternyata adalah sebuah terowongan yang menurut sebuah sumber,
terowongan ini dahulunya berada di bawah
permukaan air yang menghubungkan pulau cemeti dengan gapura panggung dan
pesanggrahan taman sari.
Kami pun berjalan menuju gerbang utama yaitu gapura panggung
untuk memasuki pemandian Taman Sari yang biasa disebut umbul binangun. Gapura
Panggung yang berada di sebelah timur bentuknya memukau dengan arsitektur dan
ornament asli jawa dan dihiasi 2 buah patung naga di sisi gerbangnya.
Kami memasuki gapura panggung tersebut dan setelah membeli
tiket seharga Rp.3000 untuk wisawatan domestic, maka kami pun masuk ke dalam
taman sari. Setelah keluar dari gapura panggung sebuah jalan yang dibentuk oleh
batuan alam persegi yang disusun dengan pola teratur menghubungkan gapura
panggung dengan sebuah gerbang menuju umbul binangun. Di tepi jalan tersebut
dihiasi beberapa buah pot yang tinggi dan besar, di dalam pot tersebut tertanam
sebuah pohon berukuran sedang seakan menggiring pengunjung menuju umbul
binangun.
Selain dihiasi pot berisi pohon berukuran sedang ada 4 buah
bangunan yang merupakan gedong sekawan. Bangunan ini memiliki kesamaan bentuk
dan ukuran dan diletakkan dihalaman persegi delapan. Ke empat bangunan tadi pada masa lalu
digunakan untuk tempat peristirahatan para istri dan keluarga sultan.
Saya pun berjalan melewati gedong sekawan dan memasuki
gerbang menuju umbul binangun. Gerbangnya berbentuk seperti rumah yang di atas
pintu masuknya dihiasi oleh ornament jawa klasik dengan unsur cinanya. Sebelum
memasuki pintu tersebut lalu saya pun dapat melihat dibawah sana umbul binangun
dengan dasar berwarna biru terlihat mempesona.
Umbul binangun menggoda saya untuk turun dan merasakan
kesejukan airnya. Saya pun berjalan menuruni puluhan anak tangga dan saya
terhenti tepat di bagian bawah anak tangga. Dari situ umbul binangun pun
terlihat sempurna dengan dikelilingi tembok tinggi. Di beberapa bagian kolam
terdapat air yang memancar dari sebuah ornament berbentuk jamur dengan
sculpture teratai yang memperindah umbul binangun. Sedangkan di beberapa titik
di sisi kolam terdapat pot bunga besar yang mempercantik pemandian taman sari.
Di seberang saya berdiri ada sebuah pintu gerbang yang
menghubungkan dengan gapura agung. Di sebelah selatan ada sebuah menara yang
bisa melihat umbul binangun secara keseluruhan. Konon dari menara tersebut
sultan memilih salah satu selir atau
istrinya. Dibalik menara tersebut ada sebuah kolam yang digunakan khusus untuk
pemandian sultan dan permaisurinya saja. Umbul binangun terletak di bagian
tengah dan di apit oleh menara dan sebuah kolam dengan ukuran lebih kecil yang disebut
umbul muncar.
Setelah berkeliling di tiga kolam pemandian tersebut, maka
saya pun beranjak menaiki tangga menuju gerbang gapura agung. Setelah menaiki
tangga, sebuah halaman luas menyambut dengan bagian tengah berbentuk persegi delapan
dan tepat di seberang pintu terdapat gapura agung dengan bentuk yang memukau.
Gapura ini berukuran lebih besar dibanding gapura panggung, bentuknya seperti
gunung dengan sisi-sisinya yang berundak dihiasi relief burung dan
bunga-bungaan serta ornament klasik memperanggun rupa gapura.
Di sisi sebelah utara ada sebuah rumah di teras rumah
tersebut ada pria paruh baya yang sedang mengerjakan wayang kulit. Mengukir
sebuah kulit yang sudah berbentuk wayang diatas sebuah talenan berbentuk
bundar. Tidak jauh dari pria tadi, seorang wanita yang berusia sekitar 30an
tahun sedang menggoreskan canting pada sebuah kain. Rupanya wanita tersebut
sedang membuat batik tulis yang berukuran 2x1 meter dan jika dijual bisa
berkisar Rp.1,500,000.00. Prosesnya yang rumit dan motif yang menarik membuat
harga batik tulis tidak murah.
Taman Sari pada masa lalu merupakan sebuah taman megah
dengan pulau buatan di tengahnya yang bisa digunakan untuk pertahanan ataupun
peristirahatan yang dihubungkan sebuah terowongan bahwa air. Saat ini air yang
dulu menggenangi berganti dengan rumah penduduk ataupun wilayah daratan lainnya.
Air di Taman Sari hanya terdapat di kolam pemandian yang memberikan kesejukan dan
kesegaran bagi para pengunjungnya.
Umbul Binangun dengan latar menara |
Gapura Agung di sisi Barat Taman Sari |
Wah bagus nih infonya. Dua kali ke Yogya tapi malah maennya kesitu-situ mulu, Malioboro atau melipir keluar ke candi borobudur. hehe. belum pernah ke tempat ini.
ReplyDeleteTerima Kasih..semoga bermanfaat..memang asalny dari mana?
ReplyDeleteiya padahal taman sari deket dengan malioboro nanti klo k taman sari jangan lupa ke sumur gumuling.