Monday, September 24, 2012

Aroma Solo dan Pecel Madiun di Kota Cilegon



Minggu 23 September 2012 pukul 7 pagi saya tiba di Kompleks Perumahan Krakatau Steel Group . Suasananya sudah cukup ramai ketika saya tiba, ramai oleh para pedagang yang menjajakan dagangannya dan para pengunjung yang berolah raga di jogging track Krakatau Steel Group. Di halaman Krakatau Junction yang bersebelahan dengan jogging track, banyak juga yang berolah raga aerobic. 

Di sisi barat jogging track yang dipisahkan oleh sebuah saluran air, ada dua buah ruas jalan yang sengaja ditutup disalah satu ujungnya dan diperuntukkan bagi para pedagang yang akan menjajakan barang dagangannya. Jalan tersebut adalah jalan kota bumi, jalan yang biasa digunakan oleh para pedagang menjajakan barang dagangannya setiap minggu pagi. 

Beraneka ragam jenis barang yang dijajakan di jalan ini, dimulai dari beragam jenis makanan seperti kue-kue basah, risol, mie ayam baso, bubur ayam, siomay, batagor dan pecel nasi. Selain  beragam jenis makanan ada juga penjaja pakaian, sepatu, sandal, aksesoris. Untuk pakaian yang dijual pun beragam baik pakaian muslim, olah raga, batik serta pakaian yang sedang menjadi trend saat ini. 

Dari beragam pedagang yang ada disana, ada yang membuat saya tertarik yaitu pedagang pecel madiun di sebuah mobil pick up yang sudah dimodifikasi. Dari kejauhan diatas kepala mobil pick up tersebut ada sebuah tulisan besar yang akan menarik perhatian para pengunjung sebuah tulisan “Pecel Madiun Rp.5000” terpampang disana. Ketika saya melewati mobil pick up tersebut, ternyata tidak hanya menjual pecel madiun saja. Untuk jenis makanan yang dijual ada juga soto ayam. Namun didalam bak pick up yang beratapkan terpal tersebut, juga dijual batik solo, kaos batik, blankon, baju lurik, keris dan wayang kulit dan wayang kardus.

Saya pun menyempatkan diri untuk berbincang sejenak dengan pak Juwoto, pemilik usaha penjualan batik dan pecel madiun tersebut. Barang-barang yang dijual di mobilnya seperti batik, blankon, keris, baju lurik , VCD lagu daerah jawa serta wayang berasal dari solo. Namun pak Juwoto juga menjual pecel madiun yang berasal dari tanah kelahirannya. “Yang paling terkenal dari madiun ya pecelnya,”ujarnya bangga. 

Saat itu pula saya memesan satu porsi pecel madiun yang dibungkus daun pisang, dengan tambahan peyek ikan saya cukup membayar enam ribu rupiah saja. Pecel madiun sendiri terdiri dari nasi putih yang ditambahkan rebusan cambah pendek, bayam, kacang panjang, kembang turi, sambal kacang, dan ditaburi parutan kelapa goreng. Rasanya sungguh nikmat, sedikit pedas dan gurih dengan butiran kelapa parut goreng.

Pak Juwoto beserta istri sudah sejak bulan maret 2012 berjualan di area ini, beliau adalah pensiunan dari PT. Krakatau Steel. Namun karena kecintaanya terhadap budaya bangsa, beliau menjajakan barang-barang tadi. “Berjualan barang seperti ini adalah salah satu cara melestarikan budaya bangsa,”ujarnya. Beliau juga memiliki keahlian menjadi dalang wayang kulit. “Saya belajar wayang kulit secara otodidak, lama-lama bisa sedikit sedikit.” Rupanya aroma solo dan madiun merasuk kota cilegon menyemai keragaman budaya bangsa di kota ini.

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan disini, sekecil apapun pesan anda akan memberikan kontribusi yang berarti untuk blog ini